Selasa, 15 Maret 2011

Seni Pertunjukan

0


Seni pertunjukan adalah suatu perujudan dari manifestasi ide-ide dan segenap perasaan manusia yang memuat berbagai aspek problematika masyarakat. Seperti halnya mitos, seni pertunjukan juga bermaksud mengkomunikasikan fenomen dan sekaligus fenomenanya. Bahkan didalamnya (seni pertunjukan) memuat juga aspek mitos, karena salah satu media dalam mengkomunikasikan mitos yang paling kompleks adalah seni pertunjukan, dan yang paling sederhana adalah bentuk resitasi, atau tradisi maca, bacaan, atau macapat.
Fenomena yang dipresentasikan tidak hanya bersifat alih teks, tetapi sebuah manifestasi gagasan sesaat yang berisi ide-ide atau tanggapan spontan. Hal ini banyak terjadi dalam bentuk-bentuk penyajian seni pertunjukan tradisional mulai dari bentuknya yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Bentuk yang paling sederhana seperti kentrung, yang melibatkan unsur maca (mandongeng) dan musik, drama rakyat yang telah menyajikan berbagai unsur yang lebih kompleks, seperti tindak laku (action), aktor atau pemain (bisa penari atau vokalis), musik, dan kompleksitas prof set. Seperti dari bentuknya yang paling sederhana seperti Kethoprak Lesung , Lerok atau besudan. Bahkan juga dapat hadir lebih lengkap seperti dramatari atau bentuknya yang lain Sendratari (Grop Choreography). Disini melibatkan secara kompleks unsur-unsur musik, nyanyi, gerak, action dan juga kompleksitas prof set (dekorasi). Bentuk yang kompleks ini sebenarnya sudah muncul lebih kurang pada abad XIII, yaitu yang dikenal dengan bentuk seni pertunjukan dramatari bertopeng, yang kemudian dikenal di Bali dengan Wayang wong yang mengambil lakon epos Ramayana, yang kemudian juga muncul sebagai bentuk yang lebih menekankan unsur topeng seperti Drama Gong yang mengambil cerita Ramayana atau serita daerah setempat. Bentuk ini juga sangat dikenal di Jawa yaitu bentuk Wayang wong yang mempresentasikan lakon-lakon Panji juga menggunakan Topeng, dan lakon Mahabharata dan Ramayana jika tidak menggunakan topeng.
Adapun bentuknya yang baru dari wayang wong ini yaitu Sendratari yang muncul kuran glebih tahu 1960-an, yaitu dengan mempresentasikan gerak sebagai fokus utamanya dalam menyampaikan pesan. Bahkan tempat mempresentasikan yang sangat spektakuler berupa panggung terbuka (ampiteater) didepan candi induk Prambanan, kemudian muncul bentuk panggung serupa di Jawa Timur yaitu Candrawilwatikta, dan juga tapa tahun 1970-an di Bali mengambil bentuk prototipe Polesenia Culuturel Center di Hawaii, yaitu panggung terbuka Ardha Candra di lingkungan Art Center di Denpasar Bali.
Kehadiran bentuk dan sarana serta prasarana seni pertunjukan, sebenarnya adalah peruasan dari bentuk penyampaian yang sederhana, baik berupa tradisi maca, bacaan, macapat, atau dongeng yaitu media khas untuk menyampaikan mitos. Karena perluasan komunikasi mitos-mitos tersebut yang sebenarnya lebih diutamakan, sehingga Bali menjadi suatu tempat presentasi mitos dewa-dewa yang paling kompleks di Dunia. Sehingga berbagai warga manusia di penjuru dunia selalu ingin menyaksikan keajaiban “Khayangan”, kerajaan dewa-dewi yang memiliki berbagai mitos yang menyadarkan bahwa manusia itu memiliki suatu pesona yang sangat sensitif yaitu “Rasa”. Sungguhpun memburu mitos dunia ini tidak hanya di Bali , karena di berbagai penjuru dunia dengan sarana travel biro wisata telah mampu membangkitkan mitos dan seni pertunjukan bersatu, yaitu menjalin daya tarik menciptakan kenangan sebagai salah satu motivasi besar bagi peziarahnya menumbuhkan energi spirit masa depan yang bersifat religius, yaitu harapan untuk pahala dan surga.
Seni pertunjukan dalam menyampaikan mitos sebuah media representatif, sungguhpun kemudian lebih dimanfaatkan untuk kepentingan praktis. Setidaknya lebih dimanfatkan untuk kepentingan internent, dengan mengharapkan adanya kenangan dramatik atau eksotisme dunia etnik masa silam.
Robby Hidayat

No Response to "Seni Pertunjukan"

Posting Komentar